Habluminannasdan Habluminallah bagaikan dua sisi mata uang yang tidak bisa dipisahkan. Habluminannas dimaknai secara bahasa artinya hubungan dengan manusia sedangkan Habluminallah artinya hubungan dengan Allah. Gambaran pokok manusia beragama adalah penyerahan diri. Ia menyerahkan diri kepada sesuatu yang Maha Ghaib lagi Maha Agung.
Din sebagai utusan khusus, merasa perlu bergerak menjadi penengah mengumpulkan pimpinan kelompok antar agama dan golongan untuk berdialog secara serius, tidak sekadar seremonial. Din pun menyebut misinya itu ‘mencari kaum bijak’. Berikut wawancara Din dalam dua kali sempatan berbeda di Jakarta pekan lalu:
WilujengSumping sadayana, Nuhun Alhamdulillah, anugerah, bisa kembali dalam keadaan sehat walafiat semua," kata Bupati Subang Bupati menyampaikan ucapan terima kasih kepada para jemaah haji yang telah mendoakan Kabupaten Subang dan berharap setelah menjalankan Habluminallah di Mekkah, dapat pula menjalankan Habluminannas di Kampung
LihatJuga. Masjid sebagai Pusat Pengembangan Masyarakat : Integrasi Konsep Habluminallah, Habluminannas dan Habluminal'alani oleh: Putrie, Yulia Eka., et al. Terbitan: (2010) ; Masjid sebagai pusat pengembangan masyarakat integrasi konsep habluminallah, habluminannas dan habbluminal'alam oleh: Aisyah Nur Handayant, et al. Terbitan: (2010)
PengertianIntegrasi Macam-Macam serta faktor-faktor Integrasi. Maka ia akan menjadi seorang muslim. Meera On Twitter Nak Share Satu Doa Doa Menutup Pandangan Drpd Pihak Musuh Mcm Bila Kita Lalu Depan Musuh Musuh Tak Nampak Atau Nak Buatkan Satu Pihak Ni Tak Nampak Kita Contoh
Kata. Kunci: Nilai, Pendidikan, Karakter, Film. habluminallah. yaitu mendekattkan diri kepada Allah sepeti shalat, dan beribadah lainnya, habluminannas. yaitu hubungan dengan sesama manusia dengan senantiasa menjaga hubungan baik, menjaga tali silaturrahim, memiliki kepedulian sosial, saling menghormati dan relevansi dengan
Aaah sekarang kan semuanya mudah, anda saja membuat pertanyaan ini menggunakan salah satu media yang sangat membantu. Eh, nanti dulu, sebelumnya maafkan kata-kata "semuanya mudah" yang saya sebutkan tadi, karena apa yang saya atau kalian pikir mungkin tidak semudah mengetik jawaban di quora, karena kenyataannya mungkin terlalu sulit juga, heheheh.
gSnb. Uploaded byhanis_shaharuddin 80% found this document useful 5 votes29K views16 pagesDescriptionmanusia perlu menjaga hubungan dengan Allah dan hubungan dengan manusia jugaCopyright© Attribution Non-Commercial BY-NCAvailable FormatsPPTX, PDF, TXT or read online from ScribdShare this documentDid you find this document useful?Is this content inappropriate?Report this Document80% found this document useful 5 votes29K views16 pagesHabluminallah Wa HabluminannasUploaded byhanis_shaharuddin Descriptionmanusia perlu menjaga hubungan dengan Allah dan hubungan dengan manusia jugaFull description
Oleh Newisha Alifa AGAKNYA, hari ini kita semua perlu melek sedikit tentang urgensi Habluminannas dalam kehidupan bermasyarakat. Ibadah gak melulu perkara sholat, shaum, zakat, haji dan hal-hal yang sifatnya ritual’. Apapun yang kita lakukan sepanjang diniatkan untuk mencari Ridho Allah, mengikuti aturan-aturannya, In Syaa Allah akan bernilai ibadah juga. Seringkali kita terlampau sibuk dengan berbagai aktivitas ibadah kita. Tilawah sehari bisa lima juz. Sholat sunnah, diborong semua. Shaum senin kamis jalan terus. Sedekah pol-polan. Ehhh, giliran sama tetangga kok pelit? Giliran disuruh matiin asep rokok aja, harus melotot dulu. Giliran di angkot, diminta geser dikit aja langsung manyun. Giliran urunan buat teman kerja yang sakit, susahnya minta ampun. Ketika bersuara, yang keluar kata-kata menyakitkan. Sekalinya diam, ngambek, ngeliatin orang yang dianggapnya gak sealim dia dengan mata sinis merendahkan. Astaghfirullah… Astaghfirullah… Astaghfirullah… Lantas, Apa kabar akhlaq? Ketika ditegur, diabaikan. Toh yang menegur, dianggap tidak sepadan dengannya. Ehh pas diomongon di belakang, langsung nyari dalil tentang bahaya ghibah dan pentingnya menjaga harga diri sesama muslim. Padahal boleh jadi, orang bersikap demikian karena kita gagal menjaga sikap. Kita terlalu angkuh, merasa dengan semua amal ibadah kita yang extra itu, lantas bisa petantang-petenteng merendahkan orang lain. Luput dari ingatan kita, bagaimana Rasulullah Saw tetap berdiri ketika ada jenazah seorang Yahudi yang lewat di hadapan Beliau. Sebagai tanda Rasulullah Saw memanusiakan manusia’ siapapun dia. Dunia ini sudah terlalu banyak manusia-manusia egois, Dunia ini sudah penuh dengan kebencian dan dendam … Janganlah kita menambah populasi manusia-manusia seperti itu. Ramahlah terhadap orang lain. Peka terhadap keperluan orang lain. Jaga perasan satu sama lain. Tak peduli, siapapun dia. Kastanya apa? Karena kita tidak pernah tahu suatu saat ketika musibah menyapa kita, siapa yang Allah kirimkan untuk jadi penolong kita. Karena kita tidak pernah tahu, mungkin musibah datang dari do’a-do’a orang yang tanpa sengaja, telah kita aniaya. Atau sebaliknya, berbagai berkah dalam hidup kita berawal dari do’a orang-orang yang terkesan dengan perangai kita yang baik dan ramah. []
Ilustrasi mengamalkan Hablum Minallah. Foto FreepikDalam menjalani kehidupan, seorang Muslim harus memperhatikan hablum minallah, hablum minannas, dan hablum minal 'alam. Tiga perkara ini bernilai ibadah dan merupakan misi kehidupan manusia sebagai khalifah di muka bumi. Selain itu, tiga kategori tersebut juga harus diamalkan secara seimbang, meskipun pada hakikatnya hablum minannas dan hablum minal alam memiliki tujuan vertikal, yakni mendapat ridha Allah SWT. Agar lebih paham, simak penjelasan lengkapnya berikut ini Hablum MinallahHablum minallah adalah bagaimana manusia berhubungan dengan Sang Pencipta dengan mengikuti segala perintah-Nya dan menjauhi larangannya. Makna hablum minallah dalam tafsir At-Thabari, Al-Baghawi, dan tafsir Ibnu Katsir adalah "Perjanjian dari Allah, maksudnya adalah masuk Islam atau beriman dengan Islam sebagai jaminan keselamatan bagi mereka di dunia dan di akhirat". Ilustrasi sholat. Foto FreepikHablum minallah dilaksanakan dengan ubudiyah atau ibadah. Hidup manusia di dunia pada hakikatnya adalah hanya untuk beribadah kepada Allah SWT. Allah berfirman, "Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.” Qs. Ad-Dzuriat 56.Menurut Imam Ghazali, ubudiyah terdiri dari tiga hal, yakni Menunaikan perintah syariatRela dengan ketentuan dan takdir serta pembagian rezeki dari Allah SWTMeninggalkan kehendak nafsunya untuk mencari keridhaan Allah MinannasJika hablum minallah dikenal sebagai kesalehan individu atau ibadah mahdhah, hablum minannas merupakan kesalehan sosial atau ibadah ghair mahdhah. Sebab hablum minannas adalah konsep di mana manusia menjaga hubungan baik dengan manusia lainnya. Pada hakikatnya, manusia merupakan makhluk sosial. Allah SWT menekankan hal ini dalam surat Al Hujurat ayat 13 yang artinya “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling takwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” Ilustrasi berjabat tangan. Foto FreepikDalam ayat tersebut, Allah SWT mengingatkan bahwa keberagaman merupakan suatu keniscayaan, namun umat manusia diperintahkan untuk saling mengenal dan berbuat baik kepada sesama. Ini juga ditekankan dalam surat An-Nisa ayat 36 yang berbunyi “Sembahlah Allah SWT dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapak, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, dan teman sejawat, Ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah SWT tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri.” QS. An-Nisa Ayat 36. Hablum Minal 'AlamArti hablum minal alam adalah hubungan manusia dengan alam. Selain ditugaskan untuk beribadah dan menjaga persaudaraan, manusia juga diberi tugas untuk memakmurkan bumi. Allah SWT bahkan secara tegas mengancam manusia yang berbuat kerusakan di muka bumi. "Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari akibat perbuatan mereka, agar mereka kembali ke jalan yang benar” Ar Rum41.Sebagian ciri dari perusak bumi yaitu mereka yang bersikap sombong, mengingkari adanya Tuhan, merusak tanaman, membunuh binatang ternak, mencemari lingkungan, dan lain sebagainya. Al-Baqarah ayat 11, 12, 205 serta At-taubah ayat 47.
Bengkalis PRC - Islam mengajarkan keseimbangan. Artinya, meski kita hidup di dunia hanya sementara, dan kehidupan di dunia hanyalah jembatan menuju kehidupan akhirat yang kekal, akan tetapi Islam sama sekali tidak menafikan kebutuhan duniawi kita. Oleh karena itu, dalam Islam dikenal istilah Hablumminallah dan Hablumminannaas, yaitu hubungan vertikal antara manusia dengan Allah sang Pencipta, dan hubungan horizontal antara manusia dengan sesamanya. Pada dasarnya, Hablumminallah maupun Hablumminannaas bukanlah hal yang terpisah, justru keduanya memiliki hubungan saling mempengaruhi dan menjelaskan. Maksudnya adalah ketika hubungan kita dengan Allah sedang baik, intens, dekat, hal itu pasti akan berefek pada hablumminannas kita. Tiba-tiba saja ada orang yang membantu kita menyelesaikan permasalahan yang pelik, hubungan kita dengan keluarga semakin lebih baik, hubungan dengan teman-teman jadi tambah asyik, pokoknya banyak terjadi hal yang seolah magic. Begitu pula sebaliknya, ketika Hablumminallah kita buruk, biasanya akan mempengaruhi hubungan kita dengan sesama manusia, entah itu orang tua kita, sahabat, teman sekelas, teman sekerja, tetangga, bahkan hubungan dengan orang yang tidak kita kenal pun bisa ikut-ikutan buruk! Tiba-tiba saja ada yang mencuri HP kita, atau aib yang selama ini kita tutup-tutupi terbongkar, bahkan hal yang seharusnya tidak jadi masalah malah jadi masalah besar, pokoknya hari-hari terasa susah dan tambah gerah. Hal ini memberikan arti bahwa Hablumminallah mempengaruhi Hablumminannaas. Demikian juga, hubungan kita dengan sesama manusia dapat menjelaskan keadaan hubungan kita dengan Allah. Artinya, ketika kita merasa hubungan dengan keluarga lagi jelek, hubungan dengan rekan sekerja atau teman sekelas juga begitu, tiap kita bicara selalu ada yang keliru, rasanya seluruh dunia menjadi musuh. Bisa jadi... hal tersebut merupakan alarm peringatan bahwa Hablumminallah kita sedang dalam kondisi yang harus segera diperbaiki! Hablumminallah Bagus, Tapi Kok... Pernahkah merasa begini Hablumminallah saya bagus kok, saya shalat tepat waktu, lima kali sehari plus shalat sunah, saya puasa Senin-Kamis, malah kadang puasa Dawud sehari puasa, sehari tidak, ngaji rutin, tapi kok saya tetap bermasalah, hubungan saya sama orang lain tetap buruk. Namanya manusia, kadang bisa menilai diri sendiri lebih tinggi dari yang sebenarnya. Istilah tepatnya Kege-eran! Nah, jangan sampai kita keseringan merasa ge-er. Mentang-mentang dipanggil Ustad, Ustadzah, guru ngaji, sering ngisi taklim ini-itu, hapal berpuluh-puluh juz, atau bolak-balik Mekah tiap tahun, kita jadi menilai hablumminallahkita sudah oke. Jadi kita merasa berhak men-cap Allah tak adil ketika kita ditimpa masalah, ketika hubungan kita dengan sesama manusia memburuk. Oh... tidak! Jangan-jangan ketika shalat, badan kita saja yang lagi "senam", mulut komat-kamit, tapi sesungguhnya hati kita bahkan tidak sadar sedang mengucap apa, persis seperti robot otomatis, baca al-Fatihah dan surat pendek selayaknya hapalan lagu Indonesia Raya, atau mungkin lebih parah. Ketika kita puasa, perut saja yang bisa menahan diri dari makanan, sedangkan lidah masih asyik berdusta, mata masih nyalang memperturutkan nafsu, atau hati berniat puasa untuk sekedar pamer kealiman, atau juga... kita berpuasa karena memang tidak punya uang cukup, jadi puasa supaya berhemat. Sekali mendayung, dua-tiga pulau terlampaui. Wah! Atau jangan-jangan... ketika kita beribadah haji, semata-mata dilakukan agar orang-orang tahu kekayaan kita, juga supaya lebih disegani, atau untuk menggugurkan kewajiban naik haji sekali seumur hidup, jika demikian... itu berarti ibadah-ibadah yang kita lakukan hanya untuk membuat diri kita lega saja, bukan benar-benar untuk melaksanakan hablumminallah, tetapi hanya untuk melepaskan beban "wajib". Jadi jangan protes ketika Allah menegur kita lewat manusia lain. Misalnya, ketika kita bicara tidak didengar atau diremehkan oleh orang lain, ketika kita menasehati tidak digubris, ketika meminta tolong tidak dibantu, kita tidak memiliki power terhadap manusia lain. Bisa jadi itu merupakan indikasi adanya sesuatu yang salah dengan ibadah kita belakangan ini. Hubungan kita dengan Allah tidak terjaga. Mungkin kita memakan makanan haram, menggunakan uang dari cara tidak halal, atau melakukan hal yang dilarang oleh Allah, seperti berdusta, berzina, memfitnah, mengkhianati amanah, membangkang pada orangtua, dan lain sebagainya. Hablumminannaas-nya Oke, Padahal Hablumminallah Buruk. Kok Bisa? Hablumminallah saya kayaknya standar, biasa aja, shalat kalau ingat, puasa kalau kuat, tapi hubungan saya sama lingkungan sekitar baik-baik aja tuh! Hablumminannaas saya oke. Sekali lagi, namanya manusia... sering salah menilai, atau istilah pas-nya Tertipu! Makanya hati-hati, jangan sampai kita tertipu! Kita merasa hablumminallah tidak penting-penting amat, karena toh tidak berefek pada hidup sehari-hari, buktinya... hubungan dengan teman-teman tetap mulus, lancar, begitu pula hubungan dengan keluarga, oke-oke saja tuh tanpa masalah, meskipun shalat bolong, baca Quran masih mengeja, yang penting hati baik, lisan kita baik, maka hidup di dunia ini jadi baik juga. Benarkah demikian? Pandangan seperti inilah yang mengkhawatirkan, kita tertipu dengan hablumminannaas yang terlihat oke, sehingga kita lupa bahwa sesungguhnya dari seluruh amalan yang kita lakukan di dunia ini, pertama kali yang akan ditanyakan di padang mahsyar kelak adalah perkara mengenai shalat. Bukan mengenai berapa banyak uang yang disumbangkan untuk amal jariyah, seberapa terkenalnya kita sebagai orang baik hati di jagad raya, melainkan mengenai shalat wajib yang kita lakukan. Apabila shalat wajib tidak mencukupi, bisa ditambal sulam oleh shalat sunah yang kita kerjakan. Lalu, kalau ternyata shalat wajib kita alpa, boro-boro dilakukan... tiap mendengar adzan saja selalu diacuhkan! Kalau begitu bisa-bisa "kebaikan hati" kita kepada semua manusia selama ini juga tidak dapat diterima, karena ternyata ujian saringan awal saja kita tidak lulus. Shalat yang merupakan perkara Hablumminallah adalah syarat mutlak yang tidak dapat ditawar-tawar. So, Mana yang Lebih Prioritas? Hablumminallah Dulu, Baru Hablumminannaas! Kita tetap harus memprioritaskan hablumminallah sebelum hablumminannaas. Dalam hal ini, kita bisa melihat dari seruan al-Quran yang selalu mengedepankan "Dirikan shalat!" baru kemudian "Tunaikan zakat!" bukan sebaliknya. Artinya, seberapa pun sibuknya aktivitas sosialmu, jikalau waktu shalat sudah tiba, kedepankanlah shalat. Jangan dengan dalih... ah, saya kan lagi melakukan kebaikan juga, akhirnya shalat kita malah terlalaikan. Namun jangan terjebak menjadikan shalat sebagai aktivitas ritual belaka, yang dilaksanakan karena wajib, bukan karena kesadaran penuh. Kualitas shalat kita ini bisa teruji dari kualitas hubungan sosial kita dengan sesama manusia, seperti yang telah kita bahas di atas. Bahkan, kita mustinya mempelajari shalat lebih dalam dan lebih maknawi dengan membaca buku-buku yang mengupas khusus tentang shalat. Jangan puas sekedar menghapal bacaan dan tata cara shalat, karena perkara shalat bukan masalah sepele. Bayangkan... demi untuk memerintahkan shalat 5 waktu, nabi Muhammad Saw. sampai langsung diutus ke Sidratul Muntaha, menghadap Allah ke langit ketujuh! Bukan main... So, cek kondisi hubungan vertikal kita pada Allah manakala kita merasa ada sesuatu yang tidak beres dengan hablumminannaas kita! Mudah-mudahan Allah mengampuni kege-eran kita yang merasa hubungan kita dengan-Nya dekat. 2. Hablumminannaas Penting Sebagai Indikator Coba perhatikan bunyi kesaksian kita syahadat! Bukankah harus terdiri dari dua kalimat? Jika kurang satu maka syahadat kita tidak diterima. Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah, dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah. Itulah yang tertulis di atas pintu syurga, sebagai syarat memasuki gerbangnya. Lalu, apa sebenarnya peran nabi Muhammad Saw.? Yap, tentu saja sebagai penyempurna akhlak manusia. Baik akhlak kepada Allah, maupun akhlak kepada sesamanya. Kalau begitu jelaslah bahwa hanya menjaga hubungan dengan Allah saja tidak cukup, misalnya dengan bersemedi, bertapa di goa-goa, berpuasa 40 hari dan mengungsi ke atas gunung, terus-terusan shalat dan puasa. Bukan itu yang diminta oleh ajaran agama! Rasulullah Muhammad Saw. merupakan contoh terbaik bagaimana seharusnya kita berhubungan dengan manusia, dengan suami, dengan istri, dengan anak, dengan tetangga, dengan masyarakat, dengan rakyat kecil, bahkan dengan penganut agama lain. “Hablumminannaas inilah indikator penting apakah hablumminallah kita sudah sesuai dengan aturan. Tidak mungkin hablumminallah kita baik jika kita hobi berdebat di masjid membidahkan sesama umat Islam”.
Manusia bukan sahaja perlu menjaga hubungannya dengan Allah tetapi perlu juga menjaga hubungan sesama manusia kerana hal ini perlulah berjalan seiiring. Hubungan antara manusia dengan Allah yang terjaga akan membantu terjalinnya hubungan manusia sesama manusia kerana Allah akan membantu dan membalas kembali hamba-hambaNya yang berbuat baik. Sumber August de Richelieu Dari segi bahasa arab iaitu Habluminallah Habluminannas ialah menjaga hubungan dengan Allah dan sesama manusia. Dua perkara ini perlulah seimbang dan seiiring. Hubungan dengan Allah itu terjaga jika mereka yang sentiasa takwa dan beriman, melakukan amar makruf nahi mungkar. Manakala, hubungan dengan manusia ialah mereka yang menjaga orang tetangga, bekerjasama dan saling tolong-menolong antara satu sama lain dalam satu komuniti. Cara Menjaga Hubungan Allah Dengan Manusia Melakukan Amar Makruf Nahi Mungkar Kita ditugaskan untuk melaksanakan perintah Allah dan dilarang melakukan perkara-perkara yang Allah murka sepanjang hidup di dunia. Hal ini kerana Allah merupakan pencipta sekalian Alam dan wajib ke atas kita beriman kepada Allah. Rukun Iman dan rukun Islam adalah dua perkara yang wajib diketahui dan dipegang oleh umat Islam. Proses amar makruf dan nahi mungkar perlulah berjalan seiiringan. Contohnya, dalam masa kita mengajak kebaikan dengan orang lain namun diri kita juga patut meninggalkan segala larangan Allah agar kita sesama manusia ke arah yang lebih baik. Antara perkara-perkara yang boleh dilakukan ialah mengajak keluarga atau kawan solat berjemaaah di masjid, berpuasa pada bulan Ramadan serta meninggalkan maksiat. Kewajipan Muslim melaksanakan amar makruf dan nahi mungkar sebagai tugas dakwah juga disebut dalam hadis yang bermaksud “Siapa yang melihat kemungkaran hendaklah dia mengubahnya taghyir dengan tangan, jika tidak mampu hendaklah mengubahnya dengan lidah, jika tidak mampu hendaklah dia mengubahnya dengan hati, dan yang demikian itu adalah selemah-lemah iman.” Hadis Riwayat Muslim Menunaikan Dan Menjaga Solat Lima Waktunya Setiap umat Islam diwajibkan menunaikan solat lima waktu serta menjaga solatnya. Sesiapa yang solat di awal waktu bermakna dia menghargai setiap masa yang diberikan Allah, maka Alalh juga akan menjaga masanya. Solat bukanlah hanya sekadar solat tetapi perlulah dengan niat kerana Allah sekhusyuknya kerana setiap perintah Allah ada kebaikan disebaliknya. Setiap solat ada kebaikannya antaranya ialah Menunaikan solat subuh selama 40 hari secara berjemaah dapat mengelakkan seseorang itu daripada api neraka dan nifaq. Sesiapa yang mengerjakan solat zuhur maka dia dijauhi dari wap api neraka jahanam kerana ketika itulah nyalanya api neraka. Mereka yang solat asar akan diampunkan dosa seperti bayi yang baru dilahirkan. Menunaikan solat maghrib dengan ikhlas, Allah akan memperkenan doa mereka. Sesiapa yang sanggup berjalan dalam gelap hanya untuk solat isyak berjemaah pula diharamkannya dari nyala api neraka jahanam dan diberikan cahaya untuk menyeberagi titian sirath. Banyak ganjaran yang diterima bukan sahaja pahala namun untuk simpanan akhirat nanti. Oleh itu, janganlah kita meninggalkan dan melambatkan solat dengan sengaja. Tidak Menunda Dalam Melakukan Amal S0leh Jika sesiapa melambatkan solatnya atau menunda setiap amal solehnya maka Allah juga akan melambatkan bantuanNya terhadap hamba-hambaNya. Dalam hadits tersebut Rasulullah SAW berwasiat agar bersegera melakukan kebaikan tatkala terjerumus dalam keburukan. Jangan beranggapan jika sudah terciprat, maka tercebur sekalian saja biar basah’. Ini merupakan anggapan yang sangat keliru. Bahkan hadits ini menjelaskan perintah untuk segera bertaubat kepada Allah. Kerana taubat merupakan amal shalih yang paling mulia dan harus disegerakan pengerjaannya. Allah SWT berfirman, “Dan bertaubatlah kamu semua kepada Allah, wahai orang-orang yang beriman agar kamu beruntung.” QS. An-Nur 31 Hadits di atas juga menjelaskan bahwa dosa atas perbuatan buruk kita dapat terhapus dengan melakukan perbuatan baik. Namun dosa yang terhapus hanyalah dosa-dosa kecil saja, kerana dosa besar hanya terhapus jika pelakunya benar-benar telah bertaubat atau taubat nasuha. Sebagaimana sabda Nabi SAW “Solat 5 waktu, dari Jumaat ke Jumaat selanjutnya, serta Ramadan ke Ramadan adalah sebagai penghapus dosa di antara waktu itu, selama menjauhi dosa-dosa besar.” HR. Muslim No. 233 Kerana hanya dosa kecil saja yang terhapuskan oleh perbuatan baik, maka ketika seseorang terjerumus dalam dosa dan maksiat wajib baginya untuk segera bertaubat, melakukan amal soleh dan berusaha untuk tidak mengulangi perbuatannya tersebut. Sentiasa Taqwa “Perkara yang paling berat itu ada 3, dermawan saat memiliki sedikit harta, meninggalkan hal yang haram saat sendirian dan mengatakan kebenaran saat berada di dekat orang yang diharapkan kebaikannya atau ditakuti kejahatannya” Jami’ Ulum wa Hikam 2/18. Dalam bersendirian atau ketika menyepi tanpa ada seorang pun yang mengetahui, maka dorongan untuk berbuat maksiat akan semakin besar. Namun apabila ia benar-benar bertakwa kepada Allah, maka hal demikin tidak akan terjadi kerana dia sedar bahawa Allah sentiasa mengawasinya setiap saat. Misalnya orang yang sedang berpuasa. Ketika berada di tengah keramaian, ia menahan diri, mengaku berpuasa dan menunjukkan seolah sedang berpuasa. Namun ketika sedang sendiri, ia diam-diam berpuka puasa. Hal ini tidak akan terjadi jika memiliki rasa takut kepada Allah. Cara Menjaga Hubungan Sesama Manusia Memiliki Akhlak Mulia “Mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling bagus akhlaknya.” HR. At-Tirmidzi No. 2612, ia berkata Hadits Shahih. Bahkan dalam hadits yang lain disebutkan bahwa pada hari kiamat orang yang paling dekat dengan Rasulullah yaitu yang paling bagus akhlaknya. Tidak hanya itu, dengan memiliki akhlak mulia, maka akan dicintai oleh manusia yang lainnya terlebih Rasulullah. Kebanyakan manusia pada masa kini suka membiasakan aktiviti membawang’ atau kata lain sikap yang tidak elok dalam berkomunikasi. Suka menjaga tepi kain orang dan memfitnah. Hal tersebut perlu dielakkan kerana kita bukanlah mengenali orang itu dengan dalam dan akan menimbul persepsi kurang enak. Sesiapa yang berakhlak mulia terhadap manusia, Allah akan menjaganya sebagaimana dia menjaga hubungannya dengan manusia.
kata mutiara habluminallah habluminannas